LTE (Long Term Evolution) adalah nama proyek untuk interface udara performa tinggi untuk sistem komunikasi ponsel. LTE adalah langkah terakhir menjelang teknologi radio generasi keempat (4G), yang didesain untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan transmisi data di jaringan ponsel.
Meski tidak sepenuhnya sesuai dengan standar 4G yang dikeluarkan IMT (International Mobile Telecommunications Advanced), beberapa negara mengenalkan teknologi selular mereka sekarang dengan nama 3G menyebut LTE dengan nama 4G.
Untuk memudahkan pengertian generasi teknologi selular, kita bisa mengklasifi kasikannya sebagai berikut: 2G untuk GSM, 2.5G untuk GPRS, 2.75G untuk EDGE, 3G untuk UMTS atau WCDMA, 3.5G untuk HSDPA, 3.75G untuk HSUPA, 3.8G untuk HSPA+, 3.85G untuk HSPA+ plus MIMO, dan 3.9G untuk LTE.
Sebagian besar operator besar di AS dan dunia telah mengumumkan rencana untuk mengubah jaringan mereka menjadi LTE sejak awal 2009 silam. Namun, layanan LTE pertama yang dibuka untuk umumbaru dilakukan oleh TeliaSonera di dua kota besar Skandinavia, Stockholm, dan Oslo, pada pertengahan Desember 2009. Selain operator, penyedia perangkat telekomunikasi besar pun telah lebih dulu mempersiapkan diri untuk mendukung LTE.
Spesifikasi LTE
LTE sendiri adalah serangkaian peningkatan dari UMTS yang diperkenalkan dalam 3GPPP (3rd Generation Partnership Project) Release 8, yang banyak berfokus pada pengadopsian teknologi komunikasi mobile 4G, termasuk arsitektur jaringan flat all-IP.
Spesifikasi LTE menawarkan kece patan puncak downlink paling tidak 100 Mbps, uplink paling tidak 50 Mbps, dan RAN (radio access network) round-trip times (RTT) di bawah 10 milidetik. LTE mendukung bandwidth dari 20 MHz sampai 1.4 MHz, dan mendukung FDD (frequency division duplexing) dan TDD (time division duplexing) sekaligus.
Salah satu standar LTE adalah System Architecture Evolution, arstitektur jaringan berbasis flat IP yang didesain untuk menggantikan GPRS Core Network, dan memastikan dukungan untuk dan mobilitas antara beberapa sistem legacy atau non3GPPP, sebagai contoh GPRS dan WiMax.
Keunggulan utama LTE adalah throughput yang tinggi, latency rendah, plug-and-play, FDD dan TDD dalam satu platform, peningkatan pengalaman pengguna akhir, dan artsitektur sederhana yang berimbas pada rendahnya biaya operasi. LTE juga mendukung seamless passing pada tower-tower selular dengan teknologi yang lebih tua, seper ti GSM, CDMA1x, W-CDMA (UMTS), dan CDMA2000.
Downlink dan Uplink LTE
Untuk downlink, LTE menggunakan OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), sebuah sistem yang memungkinkan spektum dipecah ke dalam banyak carrier kecil, setiap carrier berada dalam frekuensi yang berbeda, dan membawa bagian sinyal.
OFDM memenuhi persyaratan LTE untuk fleksibilitas sprektrum dan solusi hemat biaya. Selain itu, OFDM juga merupakan teknologi yang sudah mapan, misalnya dalam standar seperti IEEE 802.11a/g, 802.16, HIPERLAN-2, DVB (Digital Video Broadcasting), dan DAB (Digital Audio Broadcasting).
Dalam downlink terdapat 3 channel fisik utama. Physical Downlink Shared Channel (PDSCH) digunakan untuk semua transmisi data, Physical Multicast Channel (PMCH) digunakan untuk transmisi broadcast menggunakan Single Frequency Network, dan Physical Broadcast Channel (PBCH) digunakan untuk mengirim informasi sistem yang paling penting dalam sel.
Sementara itu, dalam uplink untuk Physical Uplink Shared Channel (PUSCH) saja, LTE menggunakan versi pre-code OFDM yang disebut Single Carrier Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA). Hal ini untuk mengompensasi kelemahan OFDM normal, yang memiliki peak to-average power ratio (PAPR) yang sangat tinggi.
PAPR yang tinggi memerlukan power amplifier yang mahal dan tidak efisien, yang meningkatkan biaya terminal dan menguras baterai lebih cepat. SC-FDMA memecahkan masalah ini dengan mengelompokkan resource-resource block untuk menurunkan kebutuhan daya dalam power amplifier. PAPR yang rendah juga memperluas wilayah cakupan dan kinerja.
Sebagaimana downlink, uplink LTE juga memiliki tiga channel fisik, yakni Physical Random Access Channel (PRACH) yang hanya digunakan untuk akses awal dan ketika UE (user equipment, istilah untuk perangkat 3G yang digunakan oleh pengguna akhir seperti ponsel atau modem) tidak tersinkronisasi dengan uplink.
Physical Uplink Shared Channel (PUSCH) yang menerima data dari PRACH. Jika tidak ada data yang dikirimkan pada uplink untuk sebuah UE, informasi kontrol akan ditransmisikan pada Physical Uplink Control Channel (PUCCH).
Informasi Lebih Lanjut :
http://en.wikipedia.org/wiki/3GPP_Long_Term_Evolution
www.3gpp.org/article/lte
www.lteuniversity.com/blogs/ltefaq/archive/2009/02/18/how-does-lte-work.aspx
Meski tidak sepenuhnya sesuai dengan standar 4G yang dikeluarkan IMT (International Mobile Telecommunications Advanced), beberapa negara mengenalkan teknologi selular mereka sekarang dengan nama 3G menyebut LTE dengan nama 4G.
Untuk memudahkan pengertian generasi teknologi selular, kita bisa mengklasifi kasikannya sebagai berikut: 2G untuk GSM, 2.5G untuk GPRS, 2.75G untuk EDGE, 3G untuk UMTS atau WCDMA, 3.5G untuk HSDPA, 3.75G untuk HSUPA, 3.8G untuk HSPA+, 3.85G untuk HSPA+ plus MIMO, dan 3.9G untuk LTE.
Sebagian besar operator besar di AS dan dunia telah mengumumkan rencana untuk mengubah jaringan mereka menjadi LTE sejak awal 2009 silam. Namun, layanan LTE pertama yang dibuka untuk umumbaru dilakukan oleh TeliaSonera di dua kota besar Skandinavia, Stockholm, dan Oslo, pada pertengahan Desember 2009. Selain operator, penyedia perangkat telekomunikasi besar pun telah lebih dulu mempersiapkan diri untuk mendukung LTE.
Spesifikasi LTE
LTE sendiri adalah serangkaian peningkatan dari UMTS yang diperkenalkan dalam 3GPPP (3rd Generation Partnership Project) Release 8, yang banyak berfokus pada pengadopsian teknologi komunikasi mobile 4G, termasuk arsitektur jaringan flat all-IP.
Spesifikasi LTE menawarkan kece patan puncak downlink paling tidak 100 Mbps, uplink paling tidak 50 Mbps, dan RAN (radio access network) round-trip times (RTT) di bawah 10 milidetik. LTE mendukung bandwidth dari 20 MHz sampai 1.4 MHz, dan mendukung FDD (frequency division duplexing) dan TDD (time division duplexing) sekaligus.
Salah satu standar LTE adalah System Architecture Evolution, arstitektur jaringan berbasis flat IP yang didesain untuk menggantikan GPRS Core Network, dan memastikan dukungan untuk dan mobilitas antara beberapa sistem legacy atau non3GPPP, sebagai contoh GPRS dan WiMax.
Keunggulan utama LTE adalah throughput yang tinggi, latency rendah, plug-and-play, FDD dan TDD dalam satu platform, peningkatan pengalaman pengguna akhir, dan artsitektur sederhana yang berimbas pada rendahnya biaya operasi. LTE juga mendukung seamless passing pada tower-tower selular dengan teknologi yang lebih tua, seper ti GSM, CDMA1x, W-CDMA (UMTS), dan CDMA2000.
Downlink dan Uplink LTE
Untuk downlink, LTE menggunakan OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), sebuah sistem yang memungkinkan spektum dipecah ke dalam banyak carrier kecil, setiap carrier berada dalam frekuensi yang berbeda, dan membawa bagian sinyal.
OFDM memenuhi persyaratan LTE untuk fleksibilitas sprektrum dan solusi hemat biaya. Selain itu, OFDM juga merupakan teknologi yang sudah mapan, misalnya dalam standar seperti IEEE 802.11a/g, 802.16, HIPERLAN-2, DVB (Digital Video Broadcasting), dan DAB (Digital Audio Broadcasting).
Dalam downlink terdapat 3 channel fisik utama. Physical Downlink Shared Channel (PDSCH) digunakan untuk semua transmisi data, Physical Multicast Channel (PMCH) digunakan untuk transmisi broadcast menggunakan Single Frequency Network, dan Physical Broadcast Channel (PBCH) digunakan untuk mengirim informasi sistem yang paling penting dalam sel.
Sementara itu, dalam uplink untuk Physical Uplink Shared Channel (PUSCH) saja, LTE menggunakan versi pre-code OFDM yang disebut Single Carrier Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA). Hal ini untuk mengompensasi kelemahan OFDM normal, yang memiliki peak to-average power ratio (PAPR) yang sangat tinggi.
PAPR yang tinggi memerlukan power amplifier yang mahal dan tidak efisien, yang meningkatkan biaya terminal dan menguras baterai lebih cepat. SC-FDMA memecahkan masalah ini dengan mengelompokkan resource-resource block untuk menurunkan kebutuhan daya dalam power amplifier. PAPR yang rendah juga memperluas wilayah cakupan dan kinerja.
Sebagaimana downlink, uplink LTE juga memiliki tiga channel fisik, yakni Physical Random Access Channel (PRACH) yang hanya digunakan untuk akses awal dan ketika UE (user equipment, istilah untuk perangkat 3G yang digunakan oleh pengguna akhir seperti ponsel atau modem) tidak tersinkronisasi dengan uplink.
Physical Uplink Shared Channel (PUSCH) yang menerima data dari PRACH. Jika tidak ada data yang dikirimkan pada uplink untuk sebuah UE, informasi kontrol akan ditransmisikan pada Physical Uplink Control Channel (PUCCH).
Informasi Lebih Lanjut :
http://en.wikipedia.org/wiki/3GPP_Long_Term_Evolution
www.3gpp.org/article/lte
www.lteuniversity.com/blogs/ltefaq/archive/2009/02/18/how-does-lte-work.aspx
Jika Merasa Arikel dan Bacaan di
Billix Multimedia v.2
Bermanfaat,
Jangan Lupa Share ke Teman-teman melalui Tombol Share di bawah posting ini
Like on
Billix Multimedia v.2 Facebook
. Follow atau Berlangganan Via Email.
Terimakasih
Yang Copas, Jangan Lupa Mencantumkan Sumbernya Yah!
0 komentar :
Post a Comment